Parah Abrasi Tramena, Gubernur dan Menteri PPN/ Bappenas Turun Gunung

Parah Abrasi Tramena, Gubernur dan Menteri PPN/ Bappenas Turun Gunung
Parah Abrasi Tramena, Gubernur Boncengan Bupati KLU dan Menteri PPN/ Bappenas Turun Gunung survei lokasi terdampak

Matarammetro- Parahnya abrasi atau penyusutan garis pantai di kawasan wisata tiga Gili Trawangan, Meno dan Air yang disebabkan gelombang pasang  membutuhkan atensi serius pemerintah. Dampak abrasi yang telah menyebabkan hilangnya ratusan meter daratan di tramena memaksa Gubernur hingga Kemntrian Bappenas turun melakukan pemantauan dan survey langsung ke kawasan tersebut.

Dalam kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr H Zulkieflimansyah, SE, Msc ke Gili Terawangan mendampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/ Bappenas) Republik Indonesia, titik terdekat utara dermaga menjadi lokasi kunjungan.

Parah Abrasi Tramena, Gubernur dan Menteri PPN/ Bappenas Turun Gunung
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr H Zulkieflimansyah, SE, Msc ke Gili Terawangan mendampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/ Bappenas) Republik Indonesia, Dititik Abrasi, 60 meter daratan habis terkikis

“Sudah lama menjadi keluhan masyarakat karena datanya, abrasi terjadi empat meter setiap tahunnya. Kita sedang mengupayakan kebijakan penanganan”, jelas Gubernur di Gili Terawangan, Senin (09/01).

Fenomena abrasi di Tiga Gili utamanya karena kondisi perairan di sana yang memiliki karakteristik gelombang dan arus yang cukup deras. Ditambah lagi dengan ekosistem perairan bawah laut yang mulai tergerus, sehingga kecepatan arus yang menghantam pulau itu tidak lagi mampu difilter oleh ekosistem yang ada.

Opsi penanaman mangrove di Tiga Gili untuk menahan laju abrasi bisa saja dilakukan, namun hal itu tergantung dari area topografi. Di sana memang terlihat beberapa titik yang tidak bisa ditanami mangrove karena menjadi snorkling atau pemandian.

Staf Khusus Menteri Bappenas, Erfan Maksum mengatakan, yang terpenting adalah menata tata ruang pantai agar beradaptasi dengan dinamika gelombang laut.

“Walau ada program korektif seperti pemecah gelombang atau penanaman mangrove tapi tata ruang seperti bangunan di bibir pantai yang terlalu menonjol juga menjadi penyebab dan harus ditata”, kata Erfan.

Dari data Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, setiap tahunnya terjadi pengikisan bibir pantai akibat gelombang pasang di ketiga pulau. Abrasi cukup ekstrem terjadi di bagian Timur Gili Air, kemudian bagian Utara Gili Trawangan, serta di bagian selatan atau depan Pelabuhan Gili Meno.

“Kami juga pernah melakukan pengukuran dari bibir pantai ke daratan. Sejak 2002 itu sudah berkurang 60 meter”, tambahnya.

Oleh karena itu pihaknya meminta pemerintah segera mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi ancaman abrasi di destinasi wisata  kelas dunia tersebut. (red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here