Categories Berita

SMK BLUD NTB Menjadi Pondasi dan Ujung Tombak Industrialisasi

Matarammetro- BLUD SMK, merupakan unit kerja pada satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah provinsi yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama peserta didik berupa barang/jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan.

Secara umum, tujuan BLUD adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembentukan BLUD dipandang signifikan bagi SMK yang sudah mampu mengembangkan Teaching Factory (TeFa) dan untuk SMK yang telah menerima bantuan revitalisasi dari Pemerintah Pusat.

Kepala Bidang Pembinaan SMK, Dinas Dikbud NTB, M Khairul Ihwan menjelaskan bahwa untuk menjcapai tujun program BLUD SMK tersebut, SMK harus dapat dikembalikan kepada marwahnya sebagai sekolah yang murni dibidang kejuruannya agar dapat tampil lebih kompetitif dalam perindustrian yang akan terbangun dengan kerjasama. (Selasa 19 Oktober  2022).

Lanjut Ihwan,”untuk mewujudkan harapan itu, kita (NTB, red) membuka pintu selebar lebarnya kepada para pengusaha elektronik maupun outomotif untuk membangun pabriknya di NTB meskipu awalnya harus kita fasilitasi. Tentunya agar peran SMK mendapat ruang dengan mengerjakan sparepartnya yang dihasilkan dalam praktikum praktikum yang berulang ulang sehingga menjadi profesional. Mustahil dana BOS mampu membiayai praktik berulng ulang yang hanya kisaran kurang dari 2 juta rupiah setahun untuk 1 kelas kejuruan,”paparnya.

Ihwan juga mengatakan bahwa aksi aksi tersebut telah dimulai yang berawal dari mengundang pengusaha melihat pangsa pasar NTB, dan tertarik, yng selanjutnya memfasilitasi lahan. Yng kemudian mereka membiayainya sendiri mulai dari pengurugan, pemadatan hingga rata dan membangun gudang.

“Nach sekarang lihat hasilnya,”kata Ikhwan,”sekarang setelah mereka mengenal NTB  lebih jauh mereka berani membanbgun pabrik besar di Lombok Tengah dengan dana mereka, Bukan dari dana BLUD seperti isyu yang selama ini menggelinding. Setelah mulai berjalan justru apa yang mereka sudah bangun akan dihibahkan kepada negara, kemudian mereka sewa kembali kepada negara, bukankah ini hal yang luar biasa ? terangnya.

Menurutnya disanlah SMK BLUD mengambil ruangnya sebagai pemasok sparepart yang dihasilkan dari praktikum yang berkesinambungan tanpa menggunakan uang daerah tetapi dana dari pabrik yang diperkuat dengan MoU.

“Tiap SMK didorong untuk berfokus pada satu dua jurusan yang berkaitan, sehingga proses pembelajaran dan hasilnya lebih efektif dan efisien. Mengembalikan marwah pendidikan SMK dan mempercepat penyerapan tenaga kerja terampil, menjadi salah satu alasannya. Refocusing core SMK ini sudah berjalan. Ini menjadi bagian dari 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya yang kita jalankan saat ini,” kata Ihwan, Selasa 19 Oktober  2022, di ruang kerjanya.

Menurutnya, 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya ini bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan SMK harus terampil dan berkompeten di bidangnya. Kemudian yang kedua, lulusan SMK harus terserap, baik dalam dunia kerja, melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dan juga berwira usaha.

Ihwan mengatatakan, saat ini setidaknya ada 99 SMK Negeri dan sekitar 235 SMK Swasta di Nusa Tenggara Barat. Setiap tahun tercatat jumlah lulusan SMK rata-rata sebanyak 35 ribu orang.

“Dengan total lulusan pertahun mencapai 35 ribu orang ini, jika tidak dipetakan dengan seksama mereka mau bekerja dimana dan melanjutkan kemana, maka kita akan gagal menyalurkan lulusan SMK ini. Sehingga 11 strategi ini kita buat untuk memastikan lulusan SMK bisa maksimal terserap, baik di dunia kerja maupun berwirausaha,” ujarnya.

Ihwan memaparkan, 11 Startegi SMK NTB Gemilang Karya tersebut antara lain SMK harus sukses dengan refocusing core.

Refocusing core ini untuk memudahkan tata kelola. Tata kelola yang baik adalah efektif dan efisien.

“Tidak mungkin satu SMK menyediakan pendidikan beranekaragam jurusan yang tak berkaitan. Oleh karena itu SMK harus dikembalikan ke marwahnya semula, misalnya Teknologi Rekayasa dan Manufaktur atau dulu STM, harus kembali.  Tidak boleh ada jurusan pertanian di dalamnya, sebaliknya SMK Pertanian tidak boleh kelola jurusan Pertambangan, jurusan Listrik, atau komputer di dalamnya, karena akan menyulitkan tata kelola. Maka dalam refocusing kita kembalikan SMK ke marwah sebenarnya, karena kalau masih multi-core itu kita akan kesulitan tata kelola program. Maka sukses refocusing adalah tujuan pertama dalam strategi ini,” tegas dia.

Yang kedua, ujarnya, SMK harus segera menjadi BLUD. Dengan demikian hal ini memudahkan menjalin kerjasama SMK dengan dunia industri.

“Perjanjian kerjasama bisa dilakukan dengan mudah, kemudian hasil praktik anak-anak bisa dikolaborasikan dengan industri. Bayangkan saja kalau praktik menghasilkan produk misalnya jajan, roti kemudian akan terbuang sia-sia jika tidak dimitrakan dengan industri. Nah, ruang memitrakan itu, maka SMK harus menjadi BLUD,” katanya.

Strategi ketiga adalah pembelajaran berbasis produk yang dikemas dalam teaching factory.

Ihwan menjelaskan, aktivitas kegiatan pembelajaran di SMK selalu melahirkan produk dan jasa. Ke depan produk dan jasa yang dihasilkan ini harus bisa bernilai industri dan harus bisa dijual dan diterima oleh masyarakat luas. Teaching factory juga menjadi indikator kompetensi para siswa SMK.

“Disitu indikator suksesnya sebuah praktek di sekolah. Misalnya SMK jurusan permesinan, dia potong besi dan dibuat produk tidak boleh jadi rongsokan tetapi harus bisa diterima oleh pasar. Nah, kegiatan pembelajaran yang tadi ketika diterima pasar, maka siswa itu sukses dalam pembelajaran praktek dan  materi. Kalau ada siswa yang hasilnya tidak diterima industri berarti dia tidak lulus kompetensi itu,” tukasnya.

Yang keempat adalah pembelajan berbasis proyek yang dikemas dalam Kelas Wirausaha. Kelas di luar jam sekolah ini merupakan kumpulan dari beberapa siswa  lintas jurusan. Misalnya saja, siswa jurusan mesin, elektronik dan pengelasan kolaborasi dalam membuat sepeda listrik.

“Nah sepeda listrik itu hasil kolaborasi dari beragam jurusan yang dilakukan di luar jam sekolah, ini yang disebut Kelas Wira Usaha. Sehingga ke depan SMK ini bisa menjadi ujung tombak Indsutrialisasi di NTB,” jelasnya.

Strategi kelima adalah link and match antar SMK dengan dunia indsutri. Perjanjian kerjasama harus didesain dengan jelas dan tak sekadar MoU yang terkadang kabur tolak ukurnya.

“Misalnya ketika industri membutuhkan tenaga kerja maka dia prioritaskan lulusan SMK mitranya itu. Atau ketika membutuhkan bantuan tenaga ketika ada over produksi, harus libatkan siswa SMK. Sebaliknya ketika SMK butuh guru tamu dari industri, maka industri menyiapkannya. Jadi ada link and match,” ujarnya.

Menurut Ihwan, dunia industri lebih dulu maju dengan perkembangan teknologi, sehingga untuk mengimbanginya dunia pendidikan juga harus melakukan terobosan. Oleh karena itu, strategi ke enam dalam 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya adalah program magang guru ke dunia industri. Agar para pendidik juga bisa mendapatkan update teknologi di dunia industri yang terkini.

Strategi selanjutnya adalah program guru tamu. Tiap SMK harus mulai mengundang guru tamu dari dunia industri. Baik praktisi, pengusaha, para ahli yang datang ke sekolah untuk mengajar sesuai kompetensi keahlianya.

“Sekolah harus sering mengundang guru tamu karena banyak pengalaman yang bisa dibagi ke siswa,” katanya.

Untuk memastikan lulusan SMK terserap di dunia kerja, maka strategi selanjutnya adalah Bursa Kerja SMK. Unit ini dibangun di tiap SMK yang bisa berkolaborasi dengan Disnaker dan juga Job Fair umum.

Strategi ke sembilan adalah membentuk lembaga sertifikasi internasl SMK.

“Sebab ada beberapa industri yang membutuhkan tenaga kerja bersertifikat. Maka dalam sekolah harus bisa difasilitasi lembaga sertifikasi internal untu memudahkan. Memang syaratnya agak berat, tetapi harus diupayakan, hadir di sekolah. Kalau SMK ada lembaga sertifikasi maka itu berarti mutunya sudah baik,” katanya.

Ihwan menambahkan, strategis yang ke 10 adalah menumbuhkan kembali budaya kerja di lingkup SMK.

“Saat ini seperti ada yang mulai luntur di siswa lulusan SMK adalah Karakter Kerja, Disiplin. Budaya kerja dan industri harus mulai kita budayakan lagi dengan Budaya Kerja atau Sabtu Budaya,” katanya.

Dalam program ini diatur bahwa setiap Sabtu para siswa SMK bisa membersihkan ruang praktek, menerapkan standar keselamatan kerja, dan mengerjakan sesuatu sesuai bidang dan kejurusannya. Intinya semua aktivitas yang akhirnya bisa membiasakan budaya kerja.

Yang terakhir adalah Kunjungan Industri. Dimana para guru dan siswa bisa melakukan wisata belajar atau kunjungan ke dunia industri yang ada.

“Karena seluruh insan sekolah baik itu guru siswa harus mengenal industri yang sesuai dengan program jurusan SMK,” katanya.

Ihwan mengatakan, sejauh ini 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya sudah mulai berjalan dan dilakukan masing-masing SMK di NTB.

“Sudah berjalan dan kami terus me lakukan evaluasi tiap bulan. Sejauh mana 11 strategi ini bisa dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana evaluasinya yang perlu kita benahi di masing-masing sekolah,” tegasnya.(N3G)

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

mungkin menarik