Dikbud NTB Fasilitasi Anak Putus Sekolah Dengan 25 SMA Terbuka
Kepala Dinas DIKBUD Provinsi NTB Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd.,

Matarammetro-Belajar online atau daring diterapkan diseluruh Indonesia dalam rangka menyesuaikan dengan pemberlakuan lock down saat pandemic melanda, menimbulkan dampak positif yaitu penguasaan tekhnologi oleh anak generasi android dan sejumlah persoalan negatif berupa terjadinya pernikahan dini yang menurut data tembus angka ribuan.

Kepala Dinas DIKBUD Provinsi NTB  Dr. H. Aidy Furqan, S.Pd., M.Pd., diruang kerjanya mengatakan didalam Kota Mataram telah ada direncanakan fasilitas SMA terbuka di 2 SMAN, Rabu (5 Juli 2023).

“Untuk SMA terbuka kita hajatkan didalam kota akan kita buka di SMAN 10 dan SMAN 11, berdasarkan hasil evaluasi ternyata dikota Mataram juga membutuhkan SMA terbuka. Dilombok Barat juga kita akan buka dizonasi Batulayar dan Pusuk, kita fokus direguler dulu sampai tanggal 13”terangnya.

Menurutnya ditahun pertama telah berhasil meluluskan 300 orang SMA terbuka. Tahun berikutnya bisa mencapai ribuan karena hasil survei mencapai angka 2500 anak putus sekolah se NTB.

“Masyarakat yang ingin sekolah kembali karena putus disebabkan persoalan sosial dapat sekolah di SMA terbuka dengan usia maksimal 21 tahun karena SMA terbuka adalah emergency solutions (pintu darurat) untuk mengatasi anak anak yang drop out (DO) karena kondisi sosial dan mentalitas,”paparnya.

Dikbud NTB Fasilitasi Anak Putus Sekolah Dengan 25 SMA Terbuka
Kasi Kurikulum Bidang Pembianaan SMA Dinas Dikbud NTB Purni Susanto

Kasi Kurikulum Bidang Pembianaan SMA Dinas Dikbud NTB Purni Susanto dikonfirmasi menjelaskan, untuk program SMA terbuka kini sudah masuk tahun ke 3 dan sudah 28 SMA terbuka beroprasi.

“untuk program SMA terbuka ini sekarang sudah masuk tahun ke 3 pelaksanaannya. Pertama kita buka 17 sekolah dan sisanya 8 sekolah menjadi 25 SMA terbuka dengan kapasitas seluruhnya dapat menampung 3000 anak putus sekolah. Rata rata yang masuk SMA terbuka ini masih usia produktif. Mereka putus sekolah karena pernikahan dini, karena bekerja dan sejumlah faktor sosial lainnya. Terutama pada saat pandemic yang memberlakukan lock down menuntut pemberlakuan belajar dengan jaringan (Daring). Penyalah gunaan HP akibat kurang monitoring orang tua memicu terjadinya pernikahan dini diusia sekolah yang menembus angka lebih 2000 anak ,”paparnya.(N3G)

 

 

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *