Matarammetro-Munculnya nama tokoh Prof. Dr. dr. L. Kamsu Hadriyan sebagai salah satu kandidat kuat calon Rektor Universitas Mataram (UNRAM) dalam pemilihan rector (Pilrek) mendatang mendapat simpati dari sejumlah tokoh karena diduga dijegal intrik intrik kontroversi sanksi etik .
Sejumlah Ormas Sasak dibawah naungan Laskar Sasak menggelar sangkep akbar budaya Sasak di Rua Rasa yang diinisiasi Laskar Sasak guna menyatukan visi untuk mendukung Prof. Dr. dr. L. Kamsu Hadriyan menuju Rektorat Unram yang ditandai dengan acara Sakeral berupa pembubuhan Sembek Bura’ dikeningnya sebagai implementasi tanda restu oleh TGH. Sanusi, Ahad 19 Oktober 2025.
Sembek Bura’ adalah sebuah ritual khas adat budaya Sasak yang sangat sakeral yang dibuat dari kunyahan pinang sirih yang dilambari do’a khusus dan dibubuhkan dikening sebagai tanda suci dalam menentukan dan memastikan sebuah maksud dan tujuan dan tanda ketetapan suci.
Acara Sangkep Budaya Sasak untuk mendukung Prof. Dr. dr. L. Kamsu Hadriyan sebagai calon Rektor Universitas Mataram (UNRAM), juga diwarnai tema menguatkan moderasi nilai “Budaya Sasak Bukan Sekedar Dikenang Tapi Untuk Dihidupkan” tersebut dihadiri oleh seluruh ormas adat dan budaya sasak, para pelingsir adat dan budaya sasak se Pulau Lombok.
Acara tersebut dibuka dengan pagelaran aksi perisaian dua pasang petarung yang berlangsung cukup menegangkan ditengah tengah asap dupa yang membubung yang dilanjutkan dengan acara pembubuhan sembek bura’ Prof. Dr. dr. L. Kamsu Hadriyan.
Ketua Umum Laskar Sasak L. Muhammad Ali Sadikin, M.Pd., (Miq Denta) dalam sambutannya menyampaikan, Sangkep budaya sasak dengan menghidupkan nilai menyambung generasi bekerjasama dengan paseban Rua Rasa.
“Disain dan gagasan pembangunan Paseban Rua Rasa ini murni dari pemikiran Prof. Dr. dr. L. Kamsu Hadriyan, yang bertransformasi menjadi budayawan dan membangunkan kita tempat ini yang diberi nama Rua Rasa,” ujarnya.
Miq Denta juga mengatakan bahwa Rua Rasa dilengkapi dengan ruang pameran adat budaya dan senjata senjata Sasak, sarana pengobatan tradisional sasak, serta menyediakan sarana aksi dan atraksi serta produksi benda benda, pakaian hingga kulliner sasak.
“Bagi para penggemar keris juga dipersilahkan ambil panggung disini, nanti kami juga akan menyediakan tempat dan sarana untuk menempa dan membuat keris,”ujarnya.
Prof. Dr. dr. L. Kamsu Hadriyan, dalam sambutannya mengatakan, pada hari ini kita berkumpul bukan hanya untuk mengenang budaya, tetapi untuk menghidupkannya kembali dengan cara yang bisa dipahami oleh generasi saat ini.
Menurutnya, nenek moyang suku sasak adalah pelaut dan penjelajah samudera yang berlayar membawa nilai dan kebijaksanaan ke banyak tempat dan berlabuh di tanah Rinjani.
“Dan mengisbatkan diri sebagai bangsa agraris dengan membalik perahu dan kapalnya menjadi Lumbung padi. Jadi dari Kapal menjadi lumbung, dari laut menjadi sawah, dan disitulah jiwa sasak berakar. Dan terus beradaptasi tanpa kehilangan arah. Dan kisah itu kita ingin hidupkan kembali melalui technologi tekhnologi terkini berupa video mapping tentang samudera kita yang menggambarkan perjalanan panjang bangsa ini dari laut menuju peradaban di darat,”ungkapnya.(red)
